Kakankemenag Agam Buka Workshop Kurikulum Merdeka MTsN 7 Agam

Kakankemenag Agam Buka Workshop Kurikulum Merdeka MTsN 7 Agam, Sabtu (18/6)

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru pada pelaksanaan proses pembelajaran, MTsN 7 Agam mengadakan workshop implementasi kurikulum merdeka bagi guru selama 2 hari, Sabtu (18/06) hingga Minggu (19/06) bertempat di Aula MTsN 7 Agam.

Seluruh majelis guru mengikuti workshop yang bertema “Siap Implementasikan Kurikulum Merdeka” ini. Menurut Salman Pas, Kepala MTsN 7 Agam, kurikulum merdeka sudah harus segera diterapkan di MTsN 7 Agam pada Kelas 7.

“Kita harus siap dengan segala perubahan. Penerapan Kurikulum Merdeka ini bersifat segera, maka dari itu diadakanlah workshop ini selama 2 hari,” ujar Salman Pas.

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam, Marjanis. Dalam sambutannya Marjanis mengatakan, kurikulum merdeka lebih menghargai setiap kemampuan peserta didik, tidak memaksakan peserta didik harus menguasai semua bidang pelajaran dengan nilai sempurna.

“Kurikulum merdeka ini berbeda dengan kurikulum 2013 yang mempunyai banyak aspek penilaian. Pada kurikulum merdeka, anak dibebaskan dari pembatas-pembatas ilmu pengetahuan yang selama ini terjadi. Misal, sekolah telah menyediakan mikroskop sebagai alat peraga dan penunjang pembelajaran IPA namun masih ada guru yang takut menggunakan mikroskop tersebut dalam pembelajaran dengan alasan takut mikroskop rusak oleh siswa. Nah, pembatas yang seperti inilah yang harus dihilangkan pada kurikulum merdeka. Setiap peserta didik bebas berekspresi. Biarkan mereka mengikuti alur proses pembelajaran dengan rileks namun tetap terarah.”

Marjanis menambahkan lagi, ciri dari kurikulum merdeka adalah sensitif terhadap lingkungan dan koneksi dengan dunia luar. Sehingga guru peka terhadap kemauan peserta didik dan update dengan perkembangan teknologi.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh narasumber, Yetti Yulia, Kepala SMP 3 Ampek Angkek. Yetti Yulia menekankan kurikulum merdeka berfokus pada proses, bukan hasil, karena setiap anak terlahir dengan tipe belajar yang berbeda-beda.

“Dalam kurikulum merdeka, siswa dididik sesuai dengan tipe belajar dan kecerdasan masing-masing siswa. Tipe belajar terbagi atas visual, kinestetis, dan audio. Kita tidak bisa memaksakan cara belajar yang sama kepada semua peserta didik, setiap mereka punya cara belajar yang berbeda.”

Pada akhirnya, kurikulum merdeka diharapkan dapat membawa perubahan bagi pendidikan ke arah yang lebih baik lagi agar terciptanya merdeka belajar bagi peserta didik dan menghapus paradigma yang salah selama ini. (YM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *